lagi lagi ku jatuh cinta
rindu ini mulai terasa
Lagi-lagi ku terluka
Terluka karna cemburu buta
Lalu apa daya ?
ketika mulut dilarang berkata
ucap cemburu pun aku tak berhak
Wahai diri
Kemana hati ini kan kau bawa
apa kau tak lelah ?
apakah tak perih ?
ya memang aku yang bodoh
aku yang membiarkan rasa ini
jatuh terlalu dalam
Hentikan langkah ini
Hilangkan rasa ini
Jangan biarkan berlaju
Sebelum waktu membunuh semuanya
Selasa, 15 April 2014
Sejarah Singkat Kapten Tubagus Muslihat
Belum banyak orang tau, apabila jalan Kapten Muslihat
yang setiap harinya tidak pernah dilalui kendaraan bermotor dan pejalan
kaki itu ternyata menyimpan nilai sejarah tentang gugurnya seorang
pejuang muda di masa revolusi, bahkan karena perjuangan dan
pengorbanannya, selain nama besarnya diabadikan menjadi nama jalan
tersebut, dibagian jalan lain tersebut didirikan pula monumennya, itulah
monumen yang selama ini kita kenal sebagai Kapten Muslihat. Akan tetapi
tahukah anda, siapa kapten Muslihat itu ?.
Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, hari Senin
tanggal 26 oktober 1926, bertepatan dengan terjadinya aksi pemogokan
buruh komunis yang saat itu tengah gencar-gencarnya melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan Hindia Belanda.
Pendidikan
formal Tb Muslihat diawali dari HIS Rangkas Bitung, akan tetapi, hanya
sampai kelas 3, karena ia harus ikut pindah bersama orang tuanya ke
Jakarta. Di Jakarta ia melanjutkan kembali pada tingkat sekolah yang
sama hingga selesai.
Tamat dari HIS tahun 1940.
kemudian dilanjutkan ke MULO sampai kelas 2. Sekeluarnya dari MULO, Tb
Muslihat bekerja di BOSBOW Proefstasiun (Balai Penelitian Kehutanan)
yang terletak di Gunung Batu Bogor, akan tetapi baru sebulan kerja
disana, terjadi perang Pasifik, perang yang memaksa tentara dan
pemerintahan Belanda menyerah kepada Jepang.
Sejak
saat itu, tepatnya tahun 1942, kota Bogor dikusai oleh Dai Nippon.
Sejalan dengan itu, Tb Muslihat berpindah kerja ke Rumah Sakit Kedung
Halang Bogor, dan menjadi juru rawat, tetapi tidak lama kemudian pindah
lagi ke jawatan kehutanan.
Situasi Kota Bogor
dibawah kepemimpinan Dai Nippon tidak lebih baik dari Pemerintahan
Jepang dikenal dengan pemerintahan militer, segala kebijakan diserahkan
kepada pucuk pimpinan angkatan perang di daerah kekuasannya
masing-masing, garis kebijakan dibicarakan langsung dengan Markas Besar
Angkatan perang, sedangkan pelaksanaan dari kebijakan tersebut
sepenuhnya berada ditangan mentri pertahanan dan para Panglima Daerah
pendudukannya masing-masing, hal semacam ini sudah merupakan watak dari
penjajah.
Seiring dengan didirikannya tentara
pembela tanah air PETA pada bulan oktober Tb Muslihat meninggalkan
pekerjaannya, ia mendaftarkan diri menjadi tentara sukarelawan Pembela
Tanah Air PETA, setelah melalui beberapa test, Tubagus Muslihat berhasil
lulus dan diterima sebagai tentara PETA dengan pangkat, ia dimasukan
kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan berani, emudian dipilih
menjadi Shudanco (komandan Seksi atau peleton) bersamaan dengan Ibrahin
Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat, Suwardi, Abu Usman,Rojak
dan Bustami.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, kota
Hiroshima dan Nagasaki Jepang dibom oleh tentara sekutu, pada saat itu
sikap tentara jepang tampak kebingungan, Seluruh anggota PETA yang ada
di Asramanya langsung dibubarkan oleh tentara Jepang, dengan catatan
senjata dan peralatan perang lainnya harus ditanggalkan, namun demikian
ada juga beberapa orang yang berhasil keluar dari asrama tersebut dengan
membawa senjata dan pedang, salah satunya adalah Shudanco Muslihat.
Dengan
bermodalkan senjata curian itulah kapten Muslihat bersama
rekan-rekannya meneruskan perjuangannya dan ikut bergabung dengan
Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang bekerjasama dengan organisasi API,
AMRI, KRIS dab PESINDO, disamping tugas mereka menjaga keamanan didalam
kota, gerakan yang merwka lakukan pun berusaha mengumpulkan dan merebut
senjata dari tangan Jepang.
Selanjutnya perjuangan
mereka lebih meluas dengan merebut kantor-kantor yang di duduki tentara
Jepang hingga menjadi milik Republik Indonesia. Karena Kapten Muslihat
sangat dikenal sebagai seorang komandan yang tegas, maka perintahnyapun
selalu dikuti oleh seluruh anak buahnya.
Pada
tahun yang sama 1945. secara de jure dan de facto pemerintahan Republik
Indonesia resmi didirikan di kota Bogor, pada saat itu BKR dibubarkan
dan dirubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) oleh Jenderal Urip
Sumoharjo, sedangkan Tubagus Muslihat diangkat menjadi Kapten dan
ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalion II TKR.
Pada
bulan Oktober 1945, situasi kota Bogor sangat genting, tentara Inggris
dan Gurkha memasuki daerah Bogor, ditunggangi oleh tentara NICA, pertama
kali yang mereka datangi adalah tengsi Batalyon XVI bekas tentara
jepang yang memang sudah di kosongkan, merasa sudah kuat, tentara
Inggris dan Gurkha melebarkan kekuasaannya dengan menduduki Kota Paris,
tempat nyonya-nyonya dan anak-anak Belanda (RAOPWI) dikumpuilkan. Dlam
waktu singkat dan tanpa melalui proses peperangan Kota Paris dapat
direbut dengan mudah oleh tentara Inggris dan dijadikan wilayahnya,
Kadaan
di dalam kota Bogor saai itu semakin kacau, tentara Inggris ternyata
lebih sombong daripada Belanda, mereka mencoba merebut Istana yang waktu
itu dijaga ketat oleh pemuda-pemuda Bogor. Dalam situasi yang cukup
panas itu, perundingan antara pembesar kota Bogor dan Inggris segera
dilakukan, tetapi perundingan itu gagal, tentara Inggris berhasil
memasuki istana Bogor. dengan berat hati pejuang-pejuang Bogor
meninggalkan Istana.
Akibat sikap tentara Inggris
yang menyakitkan hati rakyat, maka pada tanggal 6 Desember 1945,
seluruh masyarakat Bogor mengadakan pemberontakan, kendati hanya
bersenjatakan bambu runcing, golok, pedang dan persenjataan alakadarnya,
akan tetapi peperangan berlangsung sengit dan menggetarkan, terutama
disekitar Istana Bogor dan Kota Paris.
Ditengah
situasi Kota Bogor yang kian memanas dan berbau maut itu, Kapten
Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kemarkas-markas yang
diduduki tentara Inggris dan Gurkha, padahal waktu itu istri kapten
Muslihat dalam keadaan mengandung, makanya setiap kali akan melakukan
peperangan kapten yang berusia relatif muda itu selalu berpesan kepada
istrinya supaya ia dapat menjaga sijabang bayi, bahkan untuk menghibur
dan menenagkan hati istrinya kapten muslihat sering berkata apabila
kelak anaknya lahir akan ia beri nama merdeka.
Hingga
suatu hari yang nahas, tepatnya tanggal 25 Desember 1945, Kapten
Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kekantor Polisi yang
terletak di jalan Banten (sekarang jalan Kapten Muslihat), dalam
penyerangan tersebut ikut turut pula Gustiman (adik kandung kapten
Muslihat).
Kontak senjatapun terjadi mewarnai
penyerangan itu. Akan tetapi pertahanan tentara Inggris dan Gurkha
sangat kuat. Merasa kesal karena serangan yang dilakukannya belum dapat
mematahkan kekuatan musuh, maka kapten Muslihat keluar dari tempat
persembunyian dan melakukan pennyerangan penyerangan secara terbuka.
Awalnya
serangan yang dilancarkan ditempat terbuka memang banyak mengakibatkan
beberapa pihak musuh ambruk diterjangan peluru yang dimuntahkan dari
senjatanya. Akan tetapi tiba-tiba sebutir peluru dari pihak musuh
mengenai bagian perutnya. Darah mengucur dari perut kapten muslihat.
Seperti banteng terluka, kapten Muslihat terus menyerbu menembaki
musuhnya hingga ia tidak memperdulikan lagi berapa peluru yang sudah
bersarang ditubuhnya akibat serangan balik yang dilancarkan yang
dilancarkan musuh.
Melihat kondisi yang
menyakitkan dan menyayat hati siapapun yang melihatnya. Gustiman memburu
kearah kapten Muslihat dan berusaha untuk menolongnya, tetapi kapten
muslihat memerintahkan supaya adiknya menyingkir dari lokasi tersebut,
ia khawatir akan semakin menambah korban, sampai ketika sebuah peluru
lagi menerjang bagian punggungnya, barulah seketika itu tubuh Kapten
Muslihat jatuh tersungkur mencium bumi, darah segar bersimbah memenuhi
badannya, dfan kaos oblong putih polos yang dikenakannya berubah menjadi
merah.
Sekalipun sangat sulit untuk menarik tubuh
kapten Muslihat dari arena pertempuran karena terus menerus dihujani
peluru, tapi berkat kesigapan PMI dan pasukan yang dipimpinnya, akhirnya
tubuh kapten muslihat berhasil juga ditarik keluar dari arena
pertempuran dan diboyong kerumahnya yang terletak di Panaragan.
Sebelum
menghebuskan napas terakhirnya, Kapten Muslihat berwasiat kepada istri
dan keluarganya, supaya uang simpanannya yang berjumlah Rp 600 (uang
kertas Jepang) disedekahkan kepada fakir miskin, sedangkan kepada kolega
dan beberapa anak buahnya beliau berpesan agar meneruskan
perjuangannya.”Kita pasti menang dan Indonesia pasti merdeka!!!. Allahu
akbar. Allahu akbar. Allahu akbar” seiring dengan berakhirnya takbir
tersebut, tubuh kapten Muslihat mengejang dan diam tak bergerak untuk
selamanya, inalilahi wainailahi rojiun. Peninggalkan kapten Muslihat
disaksikan oleh Dr Marjuki Mahdi
Langganan:
Postingan (Atom)